Menurutnya, meski tidak mengembang, dengan kekuatan anggaran tersebut, Diskop UKM sudah memproyeksikan program dan kegunaannya. Yakni untuk meningkatkan dan mengangkat koperasi yang kurang aktif supaya diaktifkan kembali. ''Caranya kita lakukan evaluasi dengan disusul pembekalan. Agar bisa aktif lagi dan bermanfaat bagi masyarakat kota," imbuh perempuan berjilbab ini.
Selain koperasi, bidikan lain guna memanfaatkan anggaran, Diskop UKM bakal memprioritaskan pengembangan dan pemasaran masing-masing UKM dan kerajinan yang ada. Meliputi kerajinan Batik Majapahit, Miniatur Kapal, serta kerajinan alas kaki. Menyusul beberapa UKM tersebut, kata Harlis, kian tahun kondisinya mulai membaik. ''Kerajinan-kerajinan itu sudah bagus dan bisa dibanggakan," terangnya.
Sedangkan bagi kerajinan alas kaki berupa sepatu dan sandal yang mendominasi kerajinan di Kota Mojokerto, Harlis menuturkan, melalui koperasi yang ada, proses pemasaran terus merangkak naik. Baik melalui perorangan maupun mereka yang tergabung dalam organisasi alas kaki. Akan tetapi, untuk lebih mengoptimalkan, lanjut Harlis, Diskop UKM bakal melakukan koordinasi dengan pemda lain di Jatim. Yakni sedianya menggunakan produksi alas kaki perajin Mojokerto. ''Tahun depan (2010, Red) kita akan kerja sama dengan Pemkab Tulungagung. Yang mana, PNS di sana akan menggunakan sepatu asal Kota Mojokerto. Soal anggaran nanti menyesuaikan, tanpa mengurangi kualitas dan mutu," tegasnya.
Dia menambahkan, sebagai penunjang program-program tersebut, Diskop UKM tidak hanya akan mengandalkan anggaran yang bersumber dari APBD pemkot, melainkan direncanakan pemkot bakal mendapat kucuran dana segar sebesar Rp 1 miliar dari Provinsi Jatim pada tahun 2010. Anggaran tersebut kiranya dijadikan suntikan pendukung pengembangan Koperasi dan UKM di Kota Mojokerto. ''Artinya dana itu akan digunakan sebagai penunjang koperasi dan UKM," tandasnya. (ris/yr) (radar, 07/12/09)
0 komentar:
Posting Komentar