Pembangunan Jembatan Bangsal yang notabene memakan waktu selama 8 bulan, membuat dahi para penjual kerupuk rambak mengernyit. Mereka terkejut lantaran terganggunya arus lalu lintas di kawasan itu juga mengganggu kelancaran rezekinya.
IMRON ARLADO, Mojokerto
---
SEJAK delapan tahun berjualan kerupuk rambak, awal tahun 2010 ini merupakan tahun yang menyakitkan bagi Evi Masruroh, 28. Betapa tidak, kendaraan yang biasanya lalu-lalang di depan tokonya, mulai dua minggu lalu nampak sepi. Kendaraan roda empat yang biasanya lancar dan banyak yang mampir, kini sudah tak ada lagi.
Prediksinya, minimnya kendaraan yang mampir ke toko yang menyediakan kerupuk rambak dan berbagai jenis kerupuk yang lain itu tak lain karena kendaraan dialihkan ke jalur lain. ''Tapi sekarang sudah mendingan. Mobil sudah boleh lewat sini,'' tutur perempuan yang tinggal di Raya Bangsal, Kabupaten Mojokerto ini.
Ia mengatakan, sejak pembangunan Jembatan Bangsal sejak dua minggu lalu itu, mampu menurunkan omzet penjualan barang dagangannya hingga 50 persen. Sebelum pembangunan jembatan, perempuan ini mampu menjual minimal seratus bungkus kerupuk rambak dalam porsi besar setiap hari.
Tapi sejak pembangunan jembatan itu, dalam sehari hanya terjual maksimal 40 bungkus saja. ''Sangat sedikit sekali. Bahkan, produksi kerupuk rambak saya juga saya kurangi,'' jelas ibu satu anak ini kepada Darmo.
Menurunnya jumlah penjualan itu, diungkapkannya, masih terhitung cukup lumayan dibanding dengan angka penjualan saat pembangunan jembatan pada empat hari pertama pembangunan Jembatan Bangsal.
Perlu diketahui, sejak pembangunan Jembatan Bangsal ini, seluruh kendaraan roda empat dari Mojosari dialihkan masuk ke jalur selatan. Hanya kendaraan roda dua saja yang diperbolehkan melintas. ''Padahal pelanggan saya rata-rata yang memakai mobil,'' terangnya.
Sejak berbisnis kerupuk rambak, dalam empat hari pengalihan arus itu, merupakan penjualan terburuk dalam sejarah bisnisnya. Dalam empat hari, ia hanya mampu menjual 10 bungkus dalam sehari semalam saja.
Dampak pembangunan jembatan ini, diungkapkannya, tak hanya menurunkan omzet penjualan barang dagangannya saja. Namun juga berdampak pada pengepul yang biasanya menitipkan barang dagangannya di tokonya itu. ''Mereka jumlahnya juga sangat banyak. Dan rata-rata mengeluh juga,'' jelasnya.
Tak hanya istri Harianto, 28 ini saja yang mengeluh akibat pembangunan Jembatan Bangsal ini. Tak jauh dari lokasi Toko Ikaba ini, penjual kerupuk rambak Abdul Faqih, 36 juga mengalami hal serupa.
Menurunnya, penjualan yang minim sudah ia rasakan sejak hari pertama pembangunan jembatan. Pelanggannya yang kerap mampir ke tokonya untuk oleh-oleh, sudah jarang yang mampir.
Kedua orang ini berharap, agar Jembatan Bangsal yang rencananya bakal selesai selama 8 bulan pembangunannya itu bisa dipercepat. ''Hanya bisa berharap seperti itu. Kalau sudah jadi, semoga saja pelanggan saya tak enggan lagi mampir ke rumah,'' kata Evi. (yr)(jawapos.co.id)
0 komentar:
Posting Komentar